June 11, 2009

Awakening the sleeping giant

Dari dulu saya yakin, walupun mungkin kurang memahami, bahwa dalam hidup yang paling penting adalah proses bukan hasilnya. Namun sayangnya itu tidak dibarengi dengan mentalitas dan perilaku yang mendukung. Males, tidak berani mencoba, takut berbeda dengan orang kebanyakan, tidak suka menonjol, cukup puas dengan menjadi biasa-biasa saja. Hasilnya? Ya saya menjadi manusia yang biasa-biasa saja. Alhamdulillah saya diberikan Allah SWT suami yang sangat berbeda dengan saya. Suami saya ini pekerja keras, ulet, pantang menyerah, berani, senang berbeda dengan orang lain. Singkat kata, dia orang yang positif dan penuh energi.

Proses yang saya lalui sebenarnya sudah sesuai yang saya inginkan. Masuk sekolah dan universitas ternama dan memiliki beberapa profesi yang saya suka dan sempat saya banggakan. Namun sejak memiliki anak, hati mulai goyah dan ingin segara berhenti kerja untuk mengurus anak. Pada awalnya saya pikir ini adalah mimpi utama saya sejak dulu. Tapi nyatanya berlahan Allah membimbing saya ke tahap baru, hidup yang hakiki.

Saya besar di lingkungan dimana jiwa wirausaha tak pernah dihembuskan. Ibu saya ibu rumah tangga dan Ayah saya seorang dosen dan dokter. Impian mereka? Menyekolahkan kami anak-anaknya setinggi mungkin dan bekerja di perusahaan bergengsi. Maka ketika suami saya menyatakan tekadnya untuk menjadi wirausahawan suatu saat nanti, saya tidak mendukungnya. Tapi untungnya dia orang yang pantang menyerah dan malah ‘mengompori’ saya untuk ikut seminar tentang wirausaha. Jujur awalnya saya ragu. Meragukan suami saya dan meragukan diri sendiri. Bagaimana caranya membagi waktu mengurus anak, rumah, dan usaha? Lagian bukannya impian saya menjadi ibu rumah tangga?

Hingga akhirnya pencerahan itu hadir di depan muka saya. Suatu kali saya ikut seminar “8 secrets: Delapan rahasia meraih kebahagian dunia dan akhirat” dengan pembicara Valentino Dinsi. Saat itu Allah SWT membukakan hati dan kepala saya. Saya menemukan penghalang yang selama ini menghambat saya. Saya takut gagal! Saya sudah hidup cukup lama, tapi saya baru menyadari inilah penyakit akut saya. Selain itu selama seminar Pak Valen selalu mengulang-ulang pertanyaan yang membuat saya gelisah “apa yang Anda paling inginkan dalam hidup, apa impian besar Anda?” Sampai seminar berakhir, saya belum juga menemukan jawabannya. Bahkan sampai berhari-hari hingga saya sendiri lupa dengan pertanyaan itu.

Hingga suatu hari saya ikut sebuah seminar lagi, kali ini temanya “mompreneur: wanita penghasil laba”. Merinding rasanya melihat puluhan hingga ratusan ibu-ibu yang umurnya jauh di atas saya, bahkan di usia senja, begitu semangat berwirausaha dan berprestasi. Lebih hebat lagi bukan cuma sekedar agar bisa menjinjing tas LV atau diakui eksistensinya. Namun bekerja untuk membantu orang lain, mengangkat derajat dan martabat hidup karyawannya dan negaranya. Luar biasa! Yang paling ‘mencolek’ kalbu saya hari itu adalah seorang pembicara bernama Yanti Isa. Pengusaha resto yang sangat cemerlang dan pantas saja sukses. Dia berkata begini “Anda cuma hidup sekali, apakah Anda mau hidup lalu mati dan nama Anda tak pernah diingat dan tak berarti. Setidaknya ada sesuatu yang bisa Anda tinggalkan untuk anak cucu nanti.” Yanti Isa dan Ibu-ibu peserta seminar itu bukan bekerja untuk dirinya, tapi untuk orang lain. Subhanallah. Ini rahasianya.

Setelah beberapa waktu sebelumnya saya tahu kesalahan akut saya, sejak hari itu saya tahu benar apa impian saya dalam hidup ini. Perlahan saya juga sudah tahu dan yakin dengan jenis usaha apa yang akan saya geluti. Alhamdulillah.

Sejak seminar-seminar itu membantu saya menemukan tugas hakiki saya sebagai khalifah di muka bumi, saya makin tertarik dengan seminar. Hingga suatu kali saya ikut workshop wirausaha dengan pembicara Putu Surya Negara. Alhamdulillah sekali lagi saya dibuat merinding gak karuan. Rasa-rasanya seperti mengikuti Business Spritual Quotient. Pak Putu mengajarkan bagaimana jiwa spiritual seorang wirausaha. Kalbu saya bagai disiram air kesejukan dan ketenangan. Kali ini rohani saya yang mendapatkan bekal. Alhamdulillah.

Hidayah atau pencerahan itu memang akan datang kalo kita berusaha. Sisanya, seluruh alam semesta dengan ijin Allah SWT akan bekerjasama membantu kita dengan sendirinya. Seperti menurut sebuah Al-hadist, jikalau kamu berdagang maka Allah akan membuka 99 pintu rizki untukmu.

Dan ’raksasa’ besar dalam diri kita pun akan segera muncul. Amin.


I ain't gonna be just a face in the crowd
You're gonna hear my voice
When I shout it out loud

It's my life
It's now or never
I ain't gonna live forever
I just want to live while I'm alive




For my beloved husband, thank you for awakening this sleeping giant.

February 3, 2009

rindu seorang ibu

Sejak ‘menyibukan’ diri di rumah, saya akhirnya merasa kehilangan sesuatu.

Saya rindu duduk sendiri tenggelam dalam waktu yang lama untuk menulis. Hilang ke dalam sebuah dunia yang sedang saya rangkaikan ke dalam kata-kata. Menyelami sebuah rasa yang kadang sulit dipadankan kecuali dengan kata-kata. Dan ketika akhirnya sebongkah pemikiran atau rasa itu terjelmakan, lega menyelimuti ujung kaki sampai ujung rambut.

Ah rindunya saya.

October 10, 2008

Kembali ke fitrah


Ketika masih kuliah, saya dan sahabat-sahabat saya pernah membayangkan akan jadi apa kami di masa depan. Lucunya setelah bicara ngalor ngidul, rupa-rupanya cita-cita kami amat sangat jauh meleset dari kebanyakan ekspetasi. Ekspetasi kami saat dulu pertama kali menjejakkan kaki di kampus, ekspetasi orangtua kami yang bangga karena anaknya lulusan kampus bergengsi, ekspetasi dosen kami yang ingin anak didiknya sukses luar biasa, ataupun ekspetasi yang mengharapkan kami mampu merubah nasib bangsa ini (ceilee...gayaaa). Kami membayangkan masa depan kami sebagai ibu rumah tangga. Istilah kerennya sekarang Full Time Mom (FTM).

”Apa sih menariknya jadi FTM?” mungkin tanya sebagian orang. Setelah 2 bulan lebih bergelut menjadi FTM rasanya saya sudah menemukan jawabannya. Yang menarik menjadi FTM? Yang lain menjadi tidak menarik! Memperhatikan polah anak lebih asik daripada membaca perilaku konsumen. Berinteraksi dengan anak lebih seru daripada berselancar di dunia maya. Mengutik ide kreatif untuk bermain dengan anak lebih menantang daripada brainstorming sebuah brand yang seksi. Becanda dengan anak lebih menyenangkan daripada ngobrol ngalur ngidul di sela-sela jam kosong kantor. Menyiapkan makanan lebih membahagiakan daripada menyiapkan presentasi dengan ide yang wow ke klien. Dulu saya kira dunia periklanan is the most fun and the coolest job on earth. Ternyata saya salah. Saya jatuh cinta dengan pekerjaan saya yang baru.

Kalo Anda sudah punya anak, Anda pasti tahu bagaimana rasanya saat anak Anda bangun dari tidurnya dan tersenyum kepada Anda. Kini dalam sehari saya merasakannya berkali-kali. Rasanya lebih bahagia dibandingkan saat dapat bonus akhir tahun. Menurut Oprah menjadi seorang ibu rumah tangga ”is the hardest job ever”, kalo menurut saya ”it’s the most amazing job ever”.

Pekerjaan ini memang tidak digaji tiap bulannya. Gak dapat asuransi. Apalagi golden shake dalam itungan digit yang menggiurkan.Mau tau kenapa? Mungkin karena pekerjaan ini tak ternilai harganya. Yang mampu ’membalas’ ya yang sudah ’menitipkan’ si anak.

Semoga pelan tapi pasti status baru FTM saya dari Full Time Mom bisa berubah menjadi Full Time Momtrepreneur. (Momtrepreneur adalah isitilah dari Betty Yanti Sundari, penulis buku Muslimah Goes to CEO). Namun sampai saat ini saya hanya menjalankan fitrah saya, sebagai istri dan ibu.
*Picture by Ayah



August 1, 2008

Balada menyusui

Saat masih hamil saya memang bertekad bulat (bukan setengah bulat atau sedikit lonjong) untuk memberikan ASI. Yang mendorong saya menyusui beragam sekali. Mulai dari pemikiran “organ tubuh yang bernama payudara ini memang diciptakan untuk menyusui” (aliran naturalis hihi), nutrisi yang sempurna untuk si bayi (sudut pandang medis), membantu mengecilkan rahim (gak kalah pentingnya!), ibadah dan menabung pahala (sisi agama), sampai menciptakan bonding dengan anak (insting keibuan).

Saat waktu menyusui itu akhirnya tiba, perasaan pun bercampur aduk gak karuan. Yang pasti merasa kagum. Iya kagum! Tubuh yang biasanya bermetabolisme seperti biasa saja kali ini bisa mengeluarkan susu, hal yang paling dibutuhkan bayi saya setelah lahir. Terlebih lagi kagum karena tak pernah terbayangkan jika dua buah organ tubuh bernama payudara ini tiba-tiba menjadi begitu berperan penting dalam hidup saya. Perasaan senang karena sudah berhasil menyusui dari hari pertama bisa berubah menjadi menakutkan takkala si bayi yang lapar menyedot kuat puting yang lecet, pengen tereak dan marah saat payudara yang bengkak tersentuh, menangis layaknya anak kecil saat mastitis menyerang, hingga lelahnya menyusui maraton yang menghabiskan waktu berjam-jam. Wuih! Untungnya tekad itu masih bulat dan belum berubah menjadi persegi atau jajaran genjang.

Dan rasanya semakin tidak menyesal setelah tahu ternyata ASI punya manfaat lain yang ternyata luar biasa buanyak;
101 reason to breastfeed your child. Beberapa diantaranya bahkan sangat menarik dan menggelitik.

Mengurangi sampah kemasan – sangat ramah lingkungan!
ASI itu cuma-cuma! – siapa sih ibu-ibu yang gak suka gratisan ;)
Menyusui bisa menjadi self esteem booster untuk si ibu –
tak ada yang paling membahagiakan saat menyadari nutrisi sempurna yang diminum si buah hati berasal dari tubuh kita.
Menyusui membantu ibu menurunkan berat badan setelah melahirkan –
it works!
Bayi ASI kulitnya bagus – smooth and silky. Love it!
Karena ASI mengandung hormon oksitosin, menyusui bekerja seperti ‘obat penenang’ untuk si ibu dan bayi –
gak heran bukan cuma bayinya yang tertidur! Hehe
ASI menjadi penyembuh alami bagi bayi –
goresan akibat kuku mulus kembali hanya dengan beberapa kali disusui. Hebat bukan?
Much nicer diaper change – HaHaHa…betul banget!

July 31, 2008

Maha karya bernama ASI

Alkisah suatu ketika Dewa Zeus meletakkan bayi Hercules yang telah ditinggal mati oleh ibunya ke payudara istrinya, Dewi Juno, yang sedang terlelap. Dengan meminum air susu Dewi Juno, Zeus berharap Hercules akan mewarisi kemampuan hidup abadi sang istri. Namun saat bayi Hercules mulai mengisap air susu dewi Juno, tiba-tiba ia terbangun dan mendorong bayi Hercules. Ini membuat air susu Dewi Juno muncrat hingga ke surga dan mengkristalisasi menjadi sebuah gugusan bintang. Sedangkan air susunya yang jatuh ke bumi berubah menjadi bunga lilies (bunga bakung).

Mitos yang berdasarkan mitologi Greco-Roman ini kerap dilukiskan dalam beragam lukisan klasik seperti karya masterpiece Tintoretto pada abad ke-16; the origin of the milky way.

Keajaiban air susu ibu (ASI) rupanya sudah diketahui dan dikagumi sejak ribuan tahun lalu. Sampai-sampai mereka mewujudkannya dalam karya lukis maha indah, atau bahkan sepakat untuk menamakan gugusan bintang nan cantik itu the milky way (dalam bahasa Indonesia: Bimasakti). Namun sedihnya, keajaiban ASI rupa-rupanya masih kurang dipahami oleh banyak orang di abad 21 yang katanya sudah modern ini.

Karena itulah tiap tahunnya World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) mengadakan World Breast Feeding Week dengan mengusung tema yang berbeda tiap tahunnya untuk mensosialisasikan betapa ajaibnya ASI dan betapa pentingnya setiap ibu untuk memberikan ASI. Tahun ini dalam rangka Pekan ASI sedunia yang jatuh pada awal 1 - 7 Agustus, tema yang dipilih adalah “Mother Support: Going for the Gold”.

Ya! Kami para ibu perlu dukungan untuk meraih yang terbaik. Bukan cuma dukungan dari ahli laktasi, namun yang paling penting dukungan dari keluarga. Menyusui ternyata bukan hal yang mudah sejak awal; puting lecet karena latch-on yang salah, rasa sakit luar biasa akibat mastitis, grow spurt yang bikin kami lelah luar biasa, stres yang malah membuat air susu semakin sedikit, atau rasa bersalah karena gak berhasil memberikan ASIX (ASI ekslusif). Namun diatas semua itu yang paling menyakitkan adalah takkala keluarga tak mendukung.

Seperti perasaan sedih yang saya tangkap dari teman saya yang baru saja melahirkan beberapa waktu lalu. Tak adanya dukungan dari keluarga besar serta ketidaktahuan akan informasi seputar ASI yang benar membuatnya menyerah dan menyodorkan susu formula ke bayi nya yang masih belum berusia sebulan. Sedih sekali melihatnya. Bayi mungil itu hanya perlu kehangatan payudara ibunya dan ASI...

Berjuang memberikan ASI tak lebih mudah daripada berjuang saat melahirkan. Herannya perjuangan yang sangat penting itu tidak sesering dibahas dan digembar-gemborkan seperti perjuangan melahirkan (Siapa sih yang gak tahu sakitnya melahirkan? hehe). Padahal memiliki buah hati yang tumbuh dan berkembang dengan optimal adalah harapan tiap orangtua.

Yuk mulai rajin membahas soal ASI ke siapa pun. Agar para ibu yang anaknya telah menjadi ibu percaya pada kemampuan anaknya sehingga si anak lebih percaya diri dalam memberikan ASI. Atau para suami lebih rajin memijat istrinya yang menyusui sehingga membuat ASInya semakin melimpah ruah. Dan supaya para ibu lebih mengikuti nuraninya daripada percaya iklan susu formula yang merajalela.

Untuk para ibu yang sudah dan masih menyusui, yuk mari kita saling berbagi! Berbagi cerita, berbagi pengalaman, berbagi ilmu, dan berbagi kekuatan.

July 23, 2008

Mengalah untuk menang

Begitu tahu saya memutuskan berhenti bekerja, banyak sekali wajah-wajah penuh tanya menghampiri saya. “serius Li? Bukan cuma alasan mau pindah aja?” tanya sebagian besar teman kerja. Yang lain dengan mimik penuh empati, “Gak tega ninggalin anak ya?” Semua hanya saya tanggapi dengan senyum dan anggukan. Toh saya tidak ada kewajiban untuk membeberkan alasan mengundurkan diri dari kancah dunia karir. Lagian ini masalah polemik yang sangat sensitif untuk sebagian besar kaum ibu. Sebab, demi anak sebagian ibu memutuskan tetap bekerja dan merelakan waktunya lebih lama di luar rumah. Dan demi anak pula sebagian ibu melepaskan karirnya yang sedang bersinar untuk mengasuh anaknya. Yup, mereka punya alasan kuat yang sama; demi anak. Hanya saja mereka menempuh cara yang berbeda.

Setiap orangtua pasti menginginkan masa depan yang baik untuk anaknya. Berlomba-lomba menyiapkan bekal untuk mereka kelak. Itu juga salah satu alasan saya berhenti menjadi karyawan; ingin menyiapkan bekal untuk buah hati tercinta, dan insya Allah tak cuma bekal di dunia tapi juga akhirat.

Sebagai orangtua tentu saya sudah punya harapan bagaimana kehidupan saya dan suami bersama anak-anak kelak. Teringat nasihat ayah saya dulu, saya mencoba “memulai dari akhir”. Ayah saya selalu mengingatkan, “ketika nanti orang-orang datang ke pemakaman kamu, seperti apa kamu ingin diingat dan dikenang mereka?”. Saya pun sempat menerawang jauh, mencoba membayangkan kehidupan saya dan keluarga di masa yang akan datang yang kami impikan. “hmm..memiliki keluarga yang sakinah mawaddah warohmah dengan anak yang sholeh dan sholehah bukan perkara mudah ya” pikir saya. Kemudian mulai memutar otak, apa yang bisa dan semestinya saya lakukan sebagai ibu untuk mewujudkannya. Jawaban yang saya peroleh? Salah satunya adalah melakukan pola asuh anak yang tepat sejak dini.

Mendidik anak menjadi pintar atau juara kelas menurut saya tidak sulit. Sekarang sudah banyak metode baru dan cara yang ditawarkan yang mampu mendongkrak kecerdasan otak anak. Yang sulit adalah mendidik anak supaya memiliki akhlak yang baik serta emosional yang cerdas. Saya tak akan bangga melihat anak saya juara kelas tapi tidak tahu cara menghormati orang yang lebih tua. Saya akan menyalahkan diri saya sebagai orangtua jika anak saya sombong dan senang berbohong, berani melawan orangtua, bengis terhadap hewan, kasar kepada pembantu, atau sering lupa mengucapkan terima kasih.

Kalau menurut teori ilmu psikologi, perkembangan anak bukan cuma perkembangan fisik dan otak, namun juga perkembangan psikososial yang dipengaruhi faktor sosial dan kultur. Oleh karena itu usia 0 – 3 tahun adalah usia yang krusial. Sebagian menyebutnya golden years. Karena di usia inilah anak sedang mengalami perkembangan yang luar biasa dan terbentuknya katakter sang anak. Melihat yang terjadi di sekitar saya, sungguh prihatin sekali melihat perkembangan psikososial dan pendidikan akhlak anak-anak sekarang. Ini juga alasan saya sebagai ibu ingin mengasuh sendiri anak-anak saya saat ini, bukan diasuh oleh babysitter, pembantu, ataupun kerabat lainnya. Saya tak ingin menyesal di kemudian hari jika anak saya lebih suka makanan fast food daripada masakan saya yang dihidangkan di rumah atau lebih nurut sama pembantu daripada mamanya hehehe...

Menjadi seorang ibu adalah anugerah yang luar biasa. Bukan cuma mengalami kebahagian yang tertandingi tapi juga diliputi banyak keajaiban. Lihat saja bagaimana mereka tak hanya mampu berhasil melewati masa kehamilan, melahirkan dengan susah payah, merawat keluarga setiap saat, namun juga sukses dengan karir atau bisnisnya.

Semoga saja saya satu diantaranya.

July 17, 2008

Anak laki-laki punya gaya

“Kalo punya anak perempuan enak ya bisa di dandanin”. Begitu komentar banyak ibu-ibu kepada saya. Baik ibu-ibu berumur maupun ibu-ibu muda. Mereka semua setuju pernik-pernik bayi perempuan jauh lebih lucu daripada bayi laki-laki. Anak perempuan bisa pakai motif polkadot yang gaya, motif bunga yang manis, motif beruang yang lucu, pakai pita atau bando yang imut, atau jepit rambut yang ngegemesin, dan cocok-cocok aja pakai macam-macam warna. Sedangkan untuk bayi atau anak laki-laki? Pakai motif garis-garis, gambar mobil dan hewan, tema olahraga atau superhero, sepatu keds, dan cuma ‘boleh’ beberapa warna aja (bahkan ada yang hanya mau warna biru).

Ok. Mungkin ada benernya juga pendapat mereka. Setelah mulai rajin wara-wiri dari satu toko anak ke toko anak lainnya di beberapa tempat, saya cukup setuju dengan mereka. Pilihan untuk bayi atau anak laki-laki memang tak sebanyak pilihan untuk anak perempuan. Tapi saya gak mau lekas putus asa, suatu saat mungkin aja Allah akan menitipkan anak laki-laki pada saya (amin). Saya pun beralih mengubek-ubek dunia maya.

Hasilnya? Can’t wait to have a baby boy hihihi….










yellow gucio shoes from http://www.mygucio.com/
black and green tote from http://www.babygeared.com/
white shoes from http://www.veja.fr/
elephant bootie from http://www.twobluepeas.com/
monster bootie longies from http://www.crankypants.com/
bird aplique playsuit from http://www.petitluxe.com/
bib and burp set from http://www.babygeared.com/
yellow romper from http://www.sirhayes.com/
green leather loafer from http://www.twobluepeas.com/
sailor short from http://www.petitluxe.com/
penguin backpack from http://www.dantebeatrix.com/
monter onesie from http://www.etsy.com/
transportation pillowcase from http://www.babygeared.com/
saddle oxford shoes from http://www.twobluepeas.com/
yellow hoodie jacket from http://www.nonchallantmom.com/
elephant sleep sacks from http://www.alexcaseybaby.com/
orange bowling shirt from http://www.georgie.com/
wooden trike from http://www.plantoys.com/
monkey cap from www.alexcaseybaby.com